Setelah berjuang dengan berbagai cara seperti yang sudah saya ceritakan di sini, sini, sini, dan sini, alhamdulillah akhirnya Kai resmi disapih di bulan Ramadan 1434 H ini di usia 2 tahun 6 bulan. Mudah-mudahan ini berkah Ramadan… amiin.
Meskipun molor 6 bulan dari waktu yang ditetapkan Quran, tapi saya bersyukur akhirnya dapat menyapih Kai dengan cara damai. Karena memang saya akui, sebelumnya saya menggunakan cara-cara ‘kekerasan’ dalam menyapih Kai. Meskipun selama proses menyapih saya juga selalu mencoba memberinya pengertian, tetapi Kai selalu ngeyel.
“Kai kan sudah gede, jadi gak neke lagi ya,” ujar saya.
“Enggak kok. Kai masih kecil. Kai belum sampe,” ujarnya sambil mencoba meraih lampu meja di atas sebuah rak yang tinggi, “Tuh kan, Kai belum sampe!”
Saya hanya bisa geleng-geleng kepada mendengar komentarnya. Lantas saya mencoba berbagai cara-cara yang dilakukan teman-teman saya yang berhasil menyapih anak-anak mereka. Namun ternyata semua cara tersebut gatot alias gagal total!
Sampai akhirnya di hari ke-3 Ramadan saya kejewer sama sebuah artikel di internet tentang resiko telat menyapih, yaitu anak menjadi tidak mandiri. Serasa disambar geledek, saya pun tiba-tiba menyingsingkan lengan baju dan mengenakan ikat kepala (loh?!)… Maksudnya kembali bertekad kuat menyapih Kai dengan berkali-kali mohon kemudahan kepada Allah SWT.
Metode Gamis Ritsleting Belakang

Gamis ritsleting belakang
Apa hubungannya gamis dengan menyapih? Ada banget! Selama proses menyapih kali ini saya selalu memakai gamis ritsleting belakang agar Kai sulit mendapatkan neke-nya. Soalnya kalau hanya memakai T-shirt atau atasan biasa, Kai bisa dengan mudah menggeledah baju ibunya dan mendapatkan neke-nya. Mengerti maksud saya kan?
Memang di hari pertama Kai menangis pilu sampai matanya sembab, apalagi di malam hari. Saya hanya bisa berusaha menenangkannya dengan mengelus-elus punggungnya sambil terus membaca al ma’tsurat. Kalaupun dia haus, saya menawarkannya air putih di gelas (Kai tidak pernah mengenal dot. Red).
Metode Pengalihan
Selain memakai gamis ritsleting belakang, saya selalu berusaha mengalihkan perhatian Kai setiap kali dia mau neke, mulai dari mengajaknya bercanda, main, makan, atau jalan-jalan. Selain teralihkan, Kai pun menjadi enjoy sekaligus kecapean.Otomatis di malam hari ia akan tertidur pulas tanpa ngelilir minta neke.

Kai bobok di kantor ibu
Selama proses menyapin ini pun saya berusaha selalu dekat dengan Kai, agar ia tidak merasakan ada ‘jarak’ selama proses ‘perpisahan’ (baca: penyapihan) ini. Karena itu selama 5 hari berturut-turut proses menyapih, saya yang selalu menemaninya bermain, memandikannya, menyuapinya, ngelonin, sampai mengajaknya ke kantor.
Metode Poin Hadiah
Nah, selama proses ini pun saya mengajak Kai mengumpulkan bintang. Caranya dengan membuat tabel kemajuannya dalam hal berhenti neke. Setiap satu hari Kai berhasil tidak neke, maka ia mendapat satu bintang. Jika ia berhasil mengumpulkan lima bintang, maka hadiahnya adalah mainan kereta api 🙂

Tabel Poin Hadiah Kai
Alhamdulillah kemarin Kai berhasil mengumpulkan lima bintang. Jadi, kemarin Kai mendapatkan mainan kereta api baru… yeeey!! 😀

mainan kereta api hadiah dari ibu ^^
Pasca Penyapihan
Alhamdulillah saya sangat bersyukur Allah mudahkan proses penyapihan ini di bulan Ramadan. Meski saya sempat sedih juga ‘berpisah’ dengan my little baby sampai-sampai sempat bercucuran air mata tiba-tiba saat Kai tidur pulas tanpa neke T_T
Nah, kompensasi dari berhenti neke ini adalah Kai makan jauh lebih banyak, sodara-sodara. Sampai-sampai hampir tiap bangun tidur Kai langsung minta makan nasi. Mau tidur pun ia minta susu UHT dan biskuit cokelat.
Untuk itu, saya sarankan bagi para ibu yang berniat menyapih anaknya, alangkah lebih baik menyiapkan juga bujet lebih untuk membeli lebih banyak makanan dan camilan yang disukai anaknya.
Semoga tulisan ini bermanfaat 😉