Judul ini berasal dari kalimat yang disampaikan oleh seorang mujahid besar yaitu Rib’iy bin Amir radhiyallahu ‘anhu. Menyampaikan penggalan kalimat ketika beliau diutus untuk berdialog dengan jendral besar Persia, Rustum.
Beliau berkata, “Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus kami untuk mengeluarkan hamba-hamba ini dari penghambaan sesama hamba untuk menghamba kepada Rabb nya hamba”
Beliau juga mengatakan lagi, “Dari sempitnya dunia menuju lapangnya akhirat dan dari kedzaliman agama-agama menuju keadilan Islam”
Menurut Rib’iy bin Amir. Dunia yang ada hari ini, yang kita tinggali, yang juga sebagian kita menikmatinya adalah sebuah potret sesuatu yang sempit sementara akhirat adalah sesuatu yang lapang.
Kalimat Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- dari hadis sahih beliau yang diriwayatkan oleh imam Muslim, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah SWT menjadikan kalian khalifah di dunia ini. Allah SWT ingin melihat seperti apa karya kalian, seperti apa amal kalian”.
Dunia itu Manis
Maka, yang lalai dengan rasa manis biasanya masih kecil. Begitu juga dengan kita, apabila masih lalai dengan dunia maka bisa di bilang kita masih kekanak-kanakan. Dalam beragama pun masih level yang sangat dasar karena mudah tertipu oleh rasa manis. Rasa manis akan berakhir bahkan sebelum rasa itu berakhir. Rasa manis yang berlebihan akan berubah menjadi rasa yang pahit. Dan Itulah yang ingin Nabi sampaikan. Bahwa dunia itu awalnya manis tapi hati-hati karena akan berubah menjadi pahit.
Dunia itu Hijau
Ketika dunia itu hijau di musim hijau, yakinlah bahwa ada musim kering yang akan menghapus musim hijau tersebut. Dimana akan merubah warna hijau menjadi kuning, tanah menjadi retak dan semuanya berakhir. [Musim kemarau, gersang, gugur dan terbawa angin].
Dan maunya Allah adalah
*) Kalian (manusia) di dunia dijadikan sebagai Khalifah / orang yang diamanahi untuk mengurus bumi ini.
Ingatlah. Sesuai firman Allah. ketika Rabb mu berkata kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku menciptakan di bumi ini khalifah.”
[Terdapat pada QS Al Baqarah :30]
Tugas Khalifah adalah memakmurkan bumi ini. Dan Allah akan melihat, apa yang akan di lakukan ketika manusia diserahi bumi yang manis dan hijau ini.
*) Dihiaskan bahwasanya manusia cinta pada syahwat (kesenangan/keinginan). Seperti firman Allah SWT dalam QS. Aali-Imran :14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Manis adalah urusan rasa. Bahkan untuk urusan ini manusia rela membayar mahal untuk sebuah kenikmatan rasa berupa minuman/makanan.
Padahal kita tahu bahwa rasa itu hanya sekian senti. Dan ketika sudah lewat ke tenggorokan rasa tersebut akan sama, apapun makanan dan minumannya.
Begitu juga dengan pandangan mata. Orangpun rela mengeluarkan banyak harta untuk memuaskan/memenuhi kenikmatan pandangan mata (pemandangan indah yang hijau).
Dan kenikmatan tersebut menjadi tidak ada artinya ketika ada masalah dengan penglihatan kita, terlebih untuk mata yang tidak mampu untuk melihat.
Dalam hal ini nabi ingin mengatakan akan sia-sia sebuah kenikmatan yang hanya sekejap/sementara. Dari semua keterangan (dalil) di atas menjelaskan bahwa dunia itu indah, bisa dinikmati. Tapi meski begitu, itu semua adalah kesenangan tapi sempit. Kalimat selanjutnya Rib’iy bin Amir radhiyallahu ‘anhu menyampaikan, “kita ini telah di utus Allah untuk mengeluarkan kalian wahai kaum Persia (saat itu), dari sempitnya dunia menuju lapangnya akhirat”
DUNIA ADALAH PERMAINAN DAN KELALAIAN
Selain manis dan hijaunya dunia. Allah berfirman dan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa dunia adalah permainan dan kelalaian.
4 ayat Alquran yang menyebutkan hal tersebut terdapat pada :
1) QS. Al An’am :32
2) QS. Al Ankabut :64
3) QS. Muhammad :36
4) QS. Al Hadid :20
Dalam mentadabburi ayat tersebut, menurut ulama tafsir ada dua kaidah yaitu sesuai urutan mushaf dan urutan turun.
:: Urutan Mushaf, sesuai dengan penjelasan di atas yaitu dari QS. Al An’am (6:32); QS. Al Ankabut (29:64); QS. Muhammad (47:36); QS. Al Hadid (57:20).
Dalam urutan Mushaf. Allah SWT mengisyaratkan dan semakin menegaskan di setiap surah nya. Bahwa tidaklah kehidupan dunia ini hanya sebuah permainan dan kelalaian. Dan kehidupan di akhirat adalah lebih baik bagi orang yang bertaqwa.
:: Urutan Turun, ayat tersebut di atas ketika di turunkan tidaklah bersamaan dan turun di dua tempat yang berbeda. Ayat tersebut menyesuaikan keadaan/situasi pada saat itu. Yaitu Makkah dan Madinah. Makkah adalah suasana membangun dan mendidik generasi awal, semua terasa belum nyaman. Sementara di Madinah, semua kenyamanan telah tercipta dengan melimpah dengan meningkatnya perekonomian muslimin. Jadi 4 surah yang di turunkan di 2 tempat yang berbeda adalah sebagai pengingat dan penegasan bahwa dunia hanya sebuah permainan dan kelalaian. Berdasarkan literasi para ulama ahli tafsir berikut urutan sesuai turun.
- Makkah/makkiyah : QS. Al An’am (surah ke 55); QS. Al Ankabut (surah ke 85).
- Madinah/madaniyah : QS. Al Hadid (surah ke 94); QS. Muhammad (surah ke 95)
Dari ayat-ayat yang telah dijelaskan. Hampir semua diawali dengan la’ibun (permainan) dan lahwun (kelalaian). Kecuali QS. Al Ankabut yang dimulai dengan lahwun (kelalaian) baru kemudian la’ibun (permainan). Karena pada ayat sebelumnya menjelaskan tentang rizki. Dan rizki cenderung melalaikan (lahwun) dan akibat selanjutnya adalah bermain-main.
Ini semua sesuai dengan urutan yang terjadi pada hidup kita :
Pada anak-anak, mereka bermain tetapi mereka tidak lalai (sebuah kegiatan bermain anak-anak tidak bisa di sebut lalai). Kapan kata “lalai” itu bisa di sematkan? Yaitu ketika mereka memasuki usia remaja.
Lalai di usia remaja ada beberapa hal. Yaitu mereka lalai karena hal lain, artinya mereka mempunyai kewajiban tetapi tidak mereka jalankan kewajiban tersebut dikarenakan “lalai” atau mereka lalai melanjutkan permainan usia kecil, artinya mereka bermain secara terus-menerus hingga mereka tua dan akhirnya dilalaikan oleh permainan tersebut.
Anak-anak tidak bisa dikatakan berdosa karena permainannya. Tapi apakah pemuda (usia remaja) ini berdosa karena kelalaiannya? Maka jawabannya adalah iya.
Peradaban Islam tidak bisa di bangun dengan bermain-main. Dan celakanya hari ini, sebuah permainan dimainkan dengan kesungguhan bahkan sebuah permainan menjadi sumber utama pendapatan.
Permainan hari ini, segala permainan ada aturan. Sementara di dalam Kesungguhan tidak terdapat aturan. Semua serba terserah di jaman ini.
Dunia ini ketika tidak di tangan orang muslim, maka semua adalah permainan.
Berhenti bermain-main yang cenderung melalaikan dan berakibat pada PENYESALAN.
_Kelalaian
Bentuk kelalaian. Menurut ahli tafsir kelalaian itu mempunyai 6 makna :
- Menghina Agama (QS Al An’am :70)
- Permainan Melalaikan (QS Al Jumu’ah :11)
- Pasangan dan Anak (QS Al Anbiya : 17)
- Kesenangan Fana
- Nyanyian (QS Luqman :6)
- Kesibukan (QS Al Munafiqun :9)
Perumpamaan adalah sesuatu yang tidak jelas buat kita dan diumpamakan dengan sesuatu yang membuatnya lebih jelas.
Ada tiga ayat yang menjelaskan perumpamaan dunia dalam Al Qur’an :
- QS Yunus :25
- QS Al Kahfi :45
- QS Al Hadid :20
Allah ingin menyampaikan bahwa :
a. Keseluruhan dunia ini, kita sebenarnya tidak tahu. Dari sebelum nabi Adam di turunkan dan setelahnya.
b. Menegaskan bahwa kita merasa bahwa kita sudah tau dunia, padahal tidak mengerti apapun tentang dunia.
Apa buktinya kita tidak mengerti tentang dunia?
::: Manusia mulai lalai terhadap manis dan hijau dunia. Lalai bahwa dunia ini hanya sebentar / sementara.
:: Perumpamaan dunia oleh Allah :
- Air dari langit, hujan.
- Membuat subur tanaman
- Menumbuhkan tanaman yang bisa di makan manusia dan ternak
- Bumi berhias mengagumkan petani
- Mampu menguasai dan lupa diri
- Sunatullah, kering, mengunit, rontok
- Hancur, tercerai-berai tak tersisa, terbang tertiup angin
:: Permisalan dunia dari lisan Rasulullah :
- Nabi berkata, “saya di dunia ini seperti seorang musafir yang mengendarai kendaraan yang kemudian berteduh di bawah sebuah pohon sebentar kemudian pergi meninggalkan pohon tersebut”
- Rasullullah bersabda, “Rabb ku pernah menawarkan lembah Makkah itu menjadi emas semuanya.”
Nabi menjawab, “tidak ya Rabb. Biarkan saya lapar satu hari, kenyang satu hari. Agar saat kenyang saya memuji-Mu (besyukur), dan ketika saya lapar maka biarkan saya berdoa meminta kepada-Mu” - Dunia adalah penjaranya orang beriman dan surganya bagi orang kafir.
- Andai dunia ini seharga sayap nyamuk maka Allah tidak akan memberikan minum pada orang kafir. Artinya sayap nyamuk lebih berharga daripada dunia.
- Dunia ibarat bangkai kambing.
- Dunia di bandingkan dengan akhirat. Seperti memasukkan jari ke lautan kemudian kalian angkat jari kalian dan lihat seberapa air yang menetes, itulah dunia.
- Dunia adalah awalnya melelahkan dan akhirnya fana (hancur). Dunia yang halalnya di hisab, yang haramnya di hukum. Dunia yang apa bila berlebihan dia akan kena fitnah, dan apabila dia kekurangan dia akan sedih.
- Dunia ini akan segera pergi dan akhirat akan segera datang. Setiap dari Dunia dan akhirat itu punya anak-anak, maka jadilah anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia karena hari ini hanya ada amal dan tidak ada hisab. Dan esok hari hanya ada hitungan amal dan tidak mungkin lagi kita beramal.
…
Wallahu a’lam bishawab []
Tulisan ini adalah resume kajian online Ust. Budi Azhari, Lc. lewat kursihikmah.id pada Sabtu 6 Maret 2021.